Sudah lebih dari satu jam dia berteduh di pohon itu, hujan pun tak kunjung reda. Meskipun rindang, pohon itu belum cukup tangguh menghalau serbuan air hujan yang terbawa angin. Lapar dan ngantuk mulai terasa sangat mengganggu, bahkan mengalahkan rasa dingin yang hebat memeluk tubuhnya. Sesekali lelaki itu memandangi kantung plastik yang dia tenteng, "itu" kembali menguatkannya.
Dia baru saja menjual hasil kebunnya kepasar, lumayan..... cukup untuk membeli satu lembar kemeja putih, peci dan buku tulis untuk buah hatinya tercinta, karena minggu depan adalah hari yang sangat istimewa....... hari pertama anaknya bersekolah.
Lelaki itu adalah "kakekku". Dulu dia adalah seorang pejuang, seorang petani, seorang aktifis dan dia bisa menjadi apa saja demi membahagiakan keluarga, sahabat serta masyarakat yang dia pimpin kala itu. Sangat membumi....... dan "itu" terpatri dalam jiwa kelima anaknya.
Dan "pohon" itu...... sekarang telah menjadi raksasa hijau yang gagah perkasa berdiri ditengah kota Pelaihari.
Sudah dua tahun berturut - turut kota Pelaihari "meraih" Adipura. Luar biasa......
" Pelaihari adalah kota yang hijau, indah dan ramah penduduknya ".
Bagaimana menurut kalian........?
Apapun pendapat kalian tentang Pelaihari, paling tidak kalimat tersebut bisa memberikan motifasi bagi kita untuk melakukan sesuatu yang lebih baik lagi untuk kota ini.
Terinspirasi dari kota Jogjakarta, dimana setiap pohon besar dan berumur, oleh pemerintah setempat diregistrasi sebagai aset daerah dan dilakukan penyarungan dengan kain bermotif batik (sarungisasi). Sebuah tindakan yang luar biasa lebih dari sekedar mempercantik wajah kota.
Setelah melakukan koordinasi dengan instansi - instansi terkait, maka pada hari jum'at, tanggal 8 April 2011 kemarin dipimpin oleh H. Ibnu dengan dana swadaya para anggotanya, Wasiat (wadah sapida tuha) melakukan aksi spontanitas sarungisasi pohon - pohon tua didepan lapangan tugu / alun - alun kota Pelaihari dengan sarung bermotifkan kain khas Kalimantan Selatan yakni kain sasirangan. Aksi ini adalah wujud dari kepedulian "Wasiat" terhadap lingkungan dan keindahan kota serta dengan harapan besar semoga dapat membantu mempertahankan Adipura.
Buah kreatifitas yang kami berikan tak berujung pamrih. Terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu hingga terlaksananya kegiatan Sarungisasi ini.
" Lelaki " itu tersenyum bangga padaku.
update
Baru satu hari berjalan sejak Wasiat melakukan aksi sarungisasi, banyak opini yang terbentuk dan berkembang pada masyarakat. Pro dan kontra pun satu - persatu bermunculan dan tak bisa dihindari.
Sabtu, tanggal 9 April 2011, ketua Wasiat, H. Ibnu mendapat perintah dari kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Laut untuk segera melepas semua sarung pada pohon - pohon tua di lapangan tugu Pelaihari, karena dianggap mengganggu / akan mengurangi point pada penilaian tim analis Adipura tahun 2011.
Entahlah....... dari sudut pandang mana aksi yang kami lakukan tersebut dianggap tidak tepat dan akan mengurangi point penilaian Adipura, yang pasti bagiku itu adalah " pengkebirian kreatifitas " , partisipasi yang Lillahita'ala kami dedikasikan untuk daerah.
Dongkol...... itu pasti, tapi Wasiat harus "legowo". Apa yang kami anggap baik belum tentu baik bagi mereka.
Untuk mencegah berkembangnya silang pendapat akhirnya minggu malam, tanggal 10 April 2011 pukul 21:00, sarung bermotifkan sasirangan dan bertemakan pesan - pesan lingkungan " pelaihari hijau, pelaihari indah dan pelaihari ramah " yang dipasang melingkar pada pohon - pohon tua di lapangan tugu / alun - alun kota pelaihari resmi kami lepas.
Semoga dalam waktu dekat kami bisa melakukan hal yang lebih baik lagi untuk Kabupaten Tanah Laut tercinta.
Hadiah kecilku untuk kakek tercinta pun akhirnya "tertunda"
Thanks buat yang baca.....
terima kasih adik sahabatku, kita masih punya samudera inspirasi untuk berekspresi, dan berkreativitas untuk didedikan kepada daerah, dan masyarakat !!!
BalasHapus