07:20 WITA
Cerah hari secerah hatiku. Tak seperti hari - hari kemarin, kali ini aku meluncur sendirian menuju "warung ketupat kandangan simpang tiga angsau", tanpa ditemani senyuman "Paman Gembul" (si Ajay) yang pagi itu wajahnya sungguh - sungguh dipenuhi kegamangan, hihi...... aku sangat mengerti tentang "itu"...... 'untung masih ada "garpit" si teman setia.
Disambut dua wajah haus akan tantangan..... Om Jay dan Juni, pun memancing adrenalinku bangkit seketika. Akhirnya......... pagi itu kutemukan kembali semangatku yang nyaris membeku.
Satu - persatu sahabat Wasiat lainnya mulai berdatangan. Ngopi time.......
08:00 WITA berangkaaaaat.......
Kali ini kami menempuh rute pendek, dimana rute ini dahulu menjadi rute favoritnya anak - anak Wasiat. Rute yang sempat "kuremehkan"......... "Rute Tirta Jaya - Bumi Jaya", jalur belakang BLK Sarang Halang.
Wuuuzz....wuuuzz........ satu - persatu onthel meluncur beriringan, seiring matahari yang mulai meninggi. Pelan tapi pasti..... petualangan pun dimulai.
Tak seperti yang terpikirkan olehku...... ternyata rute ini luar biasa menguras tenaga kami........ Tak terhitung tanjakan yang harus kami taklukkan hari itu. Jalan terjal berlubang dan berbatu seakan - akan ingin menceritakan kepadaku tentang kurangnya perhatian "Pemerintah Daerah" akan kenyamanan jalan lingkungan yang sekaligus merupakan jalan poros perekonomian rakyat di wilayah itu.
Kegalauan kami menjadi - jadi saat itu, manakala Om Jay mendapat kabar via telephone selulernya dari ketua Wasiat "H. Ibnu" yang pada kesempatan kali ini sedang menjalankan tugas luar daerah. Sebuah kabar yang sontak menyesakkan dada semua anggota Wasiat yang ikut ngonthel hari itu, hufft...... Itulah "Insiden Sarungisasi" yang sudah ku ceritakan pada tulisanku sebelumnya "Hadiah Kecilku untuk Kakek Tercinta".
Sungguh....... betapa "kecilnya" kami. Ketakberdayaan kami kali ini benar - benar meruntuhkan sebutir keangkuhan dalam hatiku.
Tak apalah....... "itu" takkan menyurutkan kami untuk terus berkarya.
"Kita masih punya samudera"....... itulah sebuah kalimat dari mulut H. Ibnu yang kembali menguatkan semangat dan konsistensi kami.
Sesaat kami masih terobati dengan sejuknya hawa perdesaan di sepanjang rute kali ini. Hijau dan asri..... sungguh memanjakan mata, membawa kami lebih dalam lagi untuk terus merenung dan introspeksi diri. Karena.......perjalanan kali ini adalah " Perjalanan 0 / 0 "
Tetap semangat dan terus berkarya !!!!!!........
Thanks buat yang baca......
thanks buat yang nulis, ketika ngonthel, memandang langit, alam, matahari, manusia dengan segala hiruk-pikuk aktivitasnya (termasuk jalan terjal, dan berbatu itu . . . hehehe) tergambar jelas makna "iqro" "iqro" "iqro", sekayuhan kita terus belajar . . .
BalasHapus